Penemuan ini merupakan inovasi kaum muda Indonesia yang masuk dalam Kompetisi Ilmiah LIPI 2012.

Dampak tsunami Aceh. (Thinkstockphoto)
Indonesia yang masuk dalam lingkaran tsunami dan
gempa memaksa warganya untuk selalu bersiap menghadapi dampak bencana.
Saat tsunami menerjang daratan, lari ke tempat yang lebih tinggi tidak
menjamin efektif. Berlindung di dalam lingkungan bertingkat pun belum
tentu aman.
Dasar inilah yang memunculkan ide bagi dua orang siswi Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Bogor untuk merancang "Pelampung anti tsunami
yang dapat disiapkan secara masal dalam waktu kurang dari lima menit."
Andya Ranithanya dan Stella Chandra Kumala, nama kedua siswi itu,
merancang pelampung berbentuk kapsul dengan ujung membulat. Dindingnya
berisi udara dan memiliki ketebalan seperti jaket penyelamat atau
sekoci.
Orang dapat masuk dalam posisi berdiri dan menutupnya dari dalam.
Ketika aman dan terapung di laut selalu dalam keadaan terlentang.
Sehingga waktu dibuka karena bentuk membulat di ujung dan pangkalnya
akan menjadi semacam sekoci.
Dalam keadaan terkemas, pelampung ini hanya sebesar dus mie instan.
Dilengkapi tabung oksigen kecil di dalamnya. Begitu dibuka pompa
otomatis akan bekerja dan dalam dua menit sudah siap untuk digunakan.

Menurut Stella, ia dan rekan setimnya pernah melakukan penelusuran
mengenai alat yang sama. Jepang, sebagai negara yang juga rawan gempa,
pernah membuat pelampung seperti ini terbuat dari bahan besi.
"Menurut kami bahan besi terlalu mahal jika digunakan secara massal
di Indonesia. Maka itu kami menggunakan bahan pelampung," ujar Stella
saat ditemui dalam acara "Presentasi dan Pameran Ilmiah Para Finalis
Kompetisi Ilmiah LIPI," di Jakarta, Selasa (25/9).
Penemuan kedua siswi dari Bogor ini masuk dalam 25 finalis kategori National Young Inventor Award
(NYIA) 2012, bagian dari Kompetisi Ilmiah LIPI. Kompetisi ini terbagi
menjadi empat yaitu Kompetisi Ilmiah Remaja (LKIR), Lomba Karya Ilmiah
Guru (LKIG), Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI), dan NYIA.
Total, ada 93 karya ilmiah yang dihasilkan dalam kompetisi ini.
Dikatakan Kepala LIPI Lukman Hakim, di negara-negara maju, segala
pembinaan dan penelitian bidang iptek dilakukan sedini mungkin melalui
institusi penelitian dan pendidikan formal. "Setidaknya sepuluh persen
hasil teknologi suatu negara harus berasal dari pribumi," tambah Lukman.
Pemenang kompetisi LKIR nantinya akan disaring lagi untuk dikirim ke
Amerika Serikat untuk kompetisi tingkat internasional. Juni 2012 lalu,
kaum muda Indonesia berhasil meraih dua emas di International Exhibition
for Young Inventors (IEYI) yang berlangsung di Bangkok, Thailand.
Emas pertama disumbang oleh Linus Nara Pradhana, siswa kelas 1 SMP Petra Surabaya dengan Water-coated Helmet. Penemuan Linus ini bahkan mendapatkan penghargaan lain dalam kategori special award.
Satu karya lain yang juga mendapat medali emas adalah Carbofil Application for Carbon-Oxygen Separation in Smoking Room. Buah karya dari Hermawan Maulana dan Zihramna Afdi, siswa kelas 2 SMA Negeri 3 Semarang.
(Zika Zakiya)
0 komentar:
Posting Komentar