Batik sudah menjadi identitas bangsa, melalui ukiran simbol nan unik, warna menawan, dan rancangan tiada dua.

Proses
membatik di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Proses pengerjaan satu lembar
batik berkualitas bisa memakan waktu bulanan. (Hafidz Novalsyah/NGI)
Batik, warisan budaya dari Indonesia, merayakan
kedigdayaannya hari ini, 2 Oktober 2012. Tiap tanggal tertera, dirayakan
sebagai Hari Batik Nasional. Bertepatan dengan penetapan batik sebagai
Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada
2009 silam.
Berbagai perayaan dilakukan oleh masyarakat Tanah Air. Seperti
penggunaan batik di hari ini atau pun lomba membatik seperti yang
dilakukan para polisi wanita (polwan) di Taman Bungkul, Surabaya, Jatim,
Senin (1/10).
Batik dianggap lebih dari sekadar buah akal budi masyarakat
Indonesia. Karena sudah menjadi identitas bangsa, melalui ukiran simbol
nan unik, warna menawan, dan rancangan tiada dua. Disebutkan dalam situs
UNESCO, batik juga berisi kumpulan pola yang mencerminkan berbagai
pengaruh bangsa lain. Mulai dari kaligrafi Arab, buket Eropa, burung
phoenix China, dan burung merak Persia.

"Batik kerap diwariskan dalam keluarga, dari generasi ke generasi.
Ukiran batik terjalin dengan identitas bangsa Indonesia," ujar
pernyataan tersebut.
Namun, keberadaan batik kini dijejali dengan hadirnya batik "asing."
Biasanya batik seperti ini berasal dari China dengan harga yang lebih
murah. Dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)
Mari Elka Pangestu, tekstil bercorak batik bukanlah batik. "Memang
harganya murah, tapi pada akhirnya adalah bagaimana kita mendidik
konsumen," katanya dalam jumpa pers, Senin (1/10).
Ancaman lain adalah pengusaha asing yang tak ragu menggelontorkan
banyak uang demi mencontoh motif batik Indonesia. Di lain pihak,
pengrajin lokal Tanah Air membutuhkan dana karena sulit mengembangkan
usaha dengan modal mandiri.
Hal ini dirasakan Ibu Ninik, pengusaha batik tulis tradisional di
Sentra Batik Trusmi, Cirebon, Jawa Barat. Motif unik buatannya dibeli
oleh pengusaha asal Jepang. Dana itu kemudian bisa diputarnya kembali
menjadi modal usaha keluarga yang sudah masuk generasi kelima.
"Mereka (pengusaha Jepang) datang dan melihat koleksi kami dan minta
dibuat replikanya. Kami ini pengrajin tidak bermodal dan hanya bermodal
pribadi, gali lubang tutup lubang," kata Ibu Ninik yang membuka butik
dengan nama Batik Ninik Ichsan.
Meski terkesan konservatif, batik menjadi salah satu wakil Indonesia
di pentas dunia. Penghargaan terhadapnya bisa terwujud dengan penggunaan
batik asli buatan anak bangsa. Jadi, busana batik apa yang Anda kenakan
hari ini?
(Zika Zakiya)
0 komentar:
Posting Komentar